Paham Komunisme: Hukum Ekonomi dan Hukum Perencanaan

romanticheadlines.com, 31 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Komunisme, sebagai ideologi politik dan ekonomi, bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas di mana alat produksi dimiliki secara kolektif, dan distribusi sumber daya dilakukan berdasarkan kebutuhan, bukan kepemilikan individu. Hukum ekonomi dan hukum perencanaan dalam komunisme adalah pilar utama yang mendefinisikan bagaimana sistem ini mengatur produksi, distribusi, dan konsumsi untuk mencapai tujuan tersebut. Hukum ekonomi komunisme berfokus pada pengelolaan sumber daya secara kolektif untuk menghilangkan eksploitasi kapitalis, sementara hukum perencanaan menekankan pada perencanaan ekonomi terpusat untuk mengarahkan aktivitas ekonomi sesuai dengan kepentingan masyarakat. Artikel ini menyajikan ulasan mendetail, akurat, dan terpercaya tentang hukum ekonomi dan hukum perencanaan dalam komunisme, berdasarkan teks-teks klasik seperti karya Karl Marx dan Friedrich Engels, literatur akademik, serta analisis sejarah dari penerapan komunisme di berbagai negara.

Latar Belakang dan Dasar Teoretis Komunisme

Komunisme sebagai ideologi berakar pada pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels, yang diuraikan dalam Manifesto Komunis (1848) dan Das Kapital (1867–1883). Marx mengembangkan teori materialisme historis, yang menyatakan bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh hubungan produksi dan kekuatan ekonomi. Dalam pandangan Marx, kapitalisme menciptakan kontradiksi internal melalui eksploitasi kelas pekerja (proletariat) oleh pemilik modal (borjuis), yang pada akhirnya akan memicu revolusi menuju komunisme.

Dalam komunisme, hukum ekonomi bertujuan untuk menghapus kepemilikan pribadi atas alat produksi (seperti pabrik, tanah, dan mesin) dan menggantinya dengan kepemilikan kolektif. Hukum perencanaan, di sisi lain, adalah mekanisme praktis untuk mengatur ekonomi secara terpusat, memastikan bahwa produksi dan distribusi selaras dengan kebutuhan masyarakat, bukan keuntungan individu. Kedua hukum ini bekerja sama untuk mencapai masyarakat komunis yang ideal, yang menurut Marx terdiri dari dua tahap:

  1. Sosialisme (fase rendah): Negara mengendalikan alat produksi, dan distribusi dilakukan berdasarkan kontribusi individu (“dari masing-masing sesuai kemampuan, kepada masing-masing sesuai kontribusi”).
  2. Komunisme penuh (fase tinggi): Tidak ada negara, kelas, atau uang; sumber daya didistribusikan berdasarkan kebutuhan (“dari masing-masing sesuai kemampuan, kepada masing-masing sesuai kebutuhan”).

Hukum Ekonomi dalam Komunisme

Hukum ekonomi komunisme didasarkan pada gagasan bahwa nilai ekonomi berasal dari tenaga kerja (labor theory of value) dan bahwa eksploitasi dalam kapitalisme harus dihapus melalui kolektivisasi. Berikut adalah prinsip-prinsip utama hukum ekonomi komunisme:

1. Penghapusan Kepemilikan Pribadi

Dalam kapitalisme, alat produksi dimiliki secara pribadi, memungkinkan borjuis memperoleh keuntungan dengan mengeksploitasi tenaga kerja proletariat. Dalam komunisme, alat produksi seperti tanah, pabrik, dan teknologi dimiliki secara kolektif oleh masyarakat atau dikelola oleh negara selama fase sosialisme. Menurut Manifesto Komunis, ini dicapai melalui nasionalisasi dan penghapusan hak waris properti produktif, sehingga keuntungan produksi tidak terkonsentrasi pada segelintir individu.

Contohnya, di Uni Soviet setelah Revolusi Bolshevik 1917, tanah dan industri dinasionalisasi melalui dekret Lenin pada 1918, menghapus kepemilikan pribadi atas lahan pertanian dan pabrik. Hal ini memungkinkan redistribusi sumber daya untuk mendukung industrialisasi dan kolektivisasi pertanian.

2. Nilai Tenaga Kerja dan Penghapusan Eksploitasi

Marx berargumen bahwa dalam kapitalisme, pekerja hanya menerima upah yang cukup untuk bertahan hidup (subsistence wage), sementara kelebihan nilai (surplus value) dari produksi mereka diambil oleh kapitalis. Dalam komunisme, hukum ekonomi menghapus surplus value dengan memastikan bahwa hasil produksi didistribusikan berdasarkan kontribusi atau kebutuhan. Ini menghilangkan eksploitasi kelas dan menciptakan kesetaraan ekonomi.

Di Tiongkok era Mao Zedong (1949–1976), prinsip ini diterapkan melalui komune rakyat (people’s communes), di mana petani bekerja secara kolektif, dan hasil panen didistribusikan berdasarkan kebutuhan komunitas, meskipun implementasinya sering kali menghadapi tantangan seperti kelangkaan pangan.

3. Distribusi Berdasarkan Kebutuhan

Dalam fase komunisme penuh, hukum ekonomi bertujuan untuk mendistribusikan sumber daya berdasarkan kebutuhan individu, bukan berdasarkan pasar atau kemampuan membayar. Ini membutuhkan kelimpahan produksi, yang menurut Marx akan dicapai melalui kemajuan teknologi dan efisiensi kolektif. Namun, dalam praktiknya, seperti di Uni Soviet dan Tiongkok, fase ini sulit dicapai karena keterbatasan sumber daya dan tantangan administratif.

4. Penghapusan Pasar dan Uang

Dalam komunisme ideal, hukum ekonomi menghapus mekanisme pasar dan uang sebagai alat pertukaran, karena keduanya dianggap menciptakan ketimpangan. Produksi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sosial, bukan permintaan pasar. Namun, dalam fase sosialisme, uang dan pasar terkontrol masih digunakan, seperti dalam sistem ekonomi Soviet yang menggunakan rubel untuk distribusi terpusat.

Hukum Perencanaan dalam Komunisme

Hukum perencanaan adalah mekanisme praktis untuk mengimplementasikan hukum ekonomi komunisme. Berbeda dengan ekonomi pasar, yang bergantung pada penawaran dan permintaan, ekonomi terencana (planned economy) mengatur produksi dan distribusi melalui rencana terpusat yang disusun oleh negara atau otoritas kolektif. Berikut adalah aspek-aspek utama hukum perencanaan:

1. Perencanaan Ekonomi Terpusat

Dalam sistem komunis, otoritas perencanaan (seperti Gosplan di Uni Soviet) menyusun rencana ekonomi lima tahunan atau jangka panjang untuk menentukan target produksi, alokasi sumber daya, dan distribusi barang. Rencana ini mencakup sektor-sektor seperti pertanian, industri, dan infrastruktur. Misalnya:

  • Rencana Lima Tahun Soviet (1928–1932): Di bawah Joseph Stalin, Gosplan menetapkan target industrialisasi cepat, seperti pembangunan bendungan Dnieper dan produksi baja, untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara Barat.
  • Lompatan Jauh ke Depan (1958–1962) di Tiongkok: Mao Zedong meluncurkan rencana untuk meningkatkan produksi baja dan pertanian melalui komune rakyat, meskipun kebijakan ini menyebabkan bencana kelaparan besar.

2. Kolektivisasi Pertanian

Hukum perencanaan sering kali melibatkan kolektivisasi pertanian untuk meningkatkan efisiensi dan mendukung urbanisasi. Di Uni Soviet, petani dipaksa bergabung ke kolkhoz (koperasi pertanian) pada 1930-an, dengan tanah dan alat produksi dimiliki secara kolektif. Ini memungkinkan negara mengontrol hasil panen untuk mendukung industri dan kota. Namun, kolektivisasi sering kali menyebabkan resistensi, penurunan produktivitas, dan kelaparan, seperti Holodomor di Ukraina (1932–1933).

3. Alokasi Sumber Daya

Hukum perencanaan menentukan alokasi sumber daya seperti tenaga kerja, bahan baku, dan modal berdasarkan prioritas nasional. Misalnya, di Kuba era Fidel Castro, sumber daya dialokasikan untuk sektor kesehatan dan pendidikan, menghasilkan sistem kesehatan gratis yang diakui dunia, meskipun sektor lain seperti pertanian sering kekurangan investasi.

4. Penghapusan Kompetisi Pasar

Berbeda dengan kapitalisme, di mana kompetisi mendorong inovasi, hukum perencanaan komunisme menghapus kompetisi antar perusahaan untuk menghindari pemborosan sumber daya. Namun, ini sering kali menyebabkan inefisiensi, seperti antrean panjang untuk barang konsumsi di Uni Soviet karena kurangnya insentif untuk inovasi.

5. Sistem Kuota dan Target Produksi

Otoritas perencanaan menetapkan kuota produksi untuk setiap sektor. Misalnya, di Uni Soviet, pabrik diberi target produksi baja atau traktor, yang sering kali menyebabkan fokus pada kuantitas daripada kualitas. Fenomena ini dikenal sebagai “storming,” di mana pekerja mempercepat produksi menjelang akhir periode rencana, sering kali menghasilkan barang cacat.

Penerapan Hukum Ekonomi dan Perencanaan: Studi Kasus

1. Uni Soviet (1917–1991)

  • Hukum Ekonomi: Setelah Revolusi Bolshevik, Lenin menerapkan War Communism (1918–1921), yang menasionalisasi industri dan merebut hasil panen untuk mendukung Perang Saudara Rusia. Kebijakan ini digantikan oleh New Economic Policy (NEP, 1921–1928), yang mengizinkan pasar terbatas untuk memulihkan ekonomi. Di bawah Stalin, kepemilikan pribadi dihapus sepenuhnya, dan industri dikendalikan oleh negara.
  • Hukum Perencanaan: Gosplan menyusun rencana lima tahunan, yang sukses dalam industrialisasi (misalnya, produksi baja meningkat dari 4 juta ton pada 1928 menjadi 18 juta ton pada 1940). Namun, inefisiensi perencanaan menyebabkan kelangkaan barang konsumsi dan krisis pangan seperti Holodomor.

2. Tiongkok (1949–Sekarang)

  • Hukum Ekonomi: Setelah Revolusi Tiongkok 1949, Mao Zedong menasionalisasi industri dan tanah, mendirikan komune rakyat untuk mendistribusikan hasil produksi secara kolektif. Setelah 1978, Deng Xiaoping memperkenalkan reformasi pasar (Socialism with Chinese Characteristics), mengintegrasikan elemen kapitalisme sambil mempertahankan kendali negara.
  • Hukum Perencanaan: Lompatan Jauh ke Depan gagal karena target produksi yang tidak realistis, menyebabkan kelaparan yang menewaskan jutaan orang. Reformasi Deng menggunakan perencanaan terpusat untuk sektor strategis seperti energi, tetapi memungkinkan pasar mengatur sektor konsumsi.

3. Kuba (1959–Sekarang)

  • Hukum Ekonomi: Setelah Revolusi Kuba, Fidel Castro menasionalisasi industri dan pertanian, mendistribusikan sumber daya melalui sistem jatah (libreta). Ini memastikan akses ke kebutuhan dasar, tetapi terbatas oleh embargo AS.
  • Hukum Perencanaan: Kuba menggunakan perencanaan terpusat untuk mendukung kesehatan dan pendidikan, tetapi inefisiensi menyebabkan ketergantungan pada impor dan bantuan Soviet hingga 1991.

Tantangan dan Kritik

Hukum ekonomi dan perencanaan dalam komunisme menghadapi sejumlah tantangan:

  1. Inefisiensi: Perencanaan terpusat sering kali tidak responsif terhadap perubahan kebutuhan lokal, menyebabkan kelangkaan atau kelebihan produksi. Misalnya, di Uni Soviet, antrean panjang untuk roti dan barang konsumsi menjadi hal biasa pada 1980-an.
  2. Kurangnya Inovasi: Penghapusan kompetisi pasar mengurangi insentif untuk inovasi teknologi, seperti terlihat dalam industri otomotif Soviet yang tertinggal dibandingkan Barat.
  3. Korupsi dan Birokrasi: Otoritas perencanaan sering kali menjadi pusat korupsi, dengan pejabat mengalokasikan sumber daya untuk kepentingan pribadi.
  4. Represi Politik: Untuk menerapkan perencanaan terpusat, negara komunis sering menggunakan kekerasan, seperti pembersihan Stalinis atau penindasan selama Revolusi Kebudayaan Tiongkok.
  5. Ketimpangan Sosial: Meskipun bertujuan menghapus kelas, sistem komunisme sering menciptakan elit baru dari pejabat partai, seperti di Uni Soviet, di mana nomenklatura menikmati hak istimewa.

Kritik utama terhadap hukum ekonomi komunisme berasal dari ekonom seperti Ludwig von Mises dan Friedrich Hayek, yang berargumen bahwa tanpa mekanisme pasar, perencanaan terpusat tidak dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien karena kurangnya informasi harga (price mechanism).

Prospek dan Relevansi Modern

Meskipun komunisme dalam bentuk murni telah memudar sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991, prinsip hukum ekonomi dan perencanaan tetap relevan dalam beberapa konteks:

  • Tiongkok Modern: Tiongkok menggabungkan perencanaan terpusat dengan ekonomi pasar, menggunakan rencana lima tahunan untuk mengarahkan investasi di sektor seperti teknologi dan energi hijau. Pada 2023, Tiongkok menyumbang 18% dari PDB global, menunjukkan keberhasilan model hibrida ini.
  • Kuba dan Vietnam: Kedua negara ini terus menggunakan elemen perencanaan terpusat untuk sektor strategis, meskipun memperkenalkan reformasi pasar untuk meningkatkan efisiensi.
  • Debat Akademik: Hukum ekonomi komunisme memengaruhi diskusi tentang keadilan sosial dan redistribusi sumber daya, terutama dalam konteks seperti Universal Basic Income atau kebijakan pajak progresif di negara kapitalis.

Di era modern, tantangan seperti perubahan iklim dan ketimpangan ekonomi telah memunculkan minat baru terhadap ide-ide kolektivis, meskipun dalam bentuk yang lebih fleksibel. Misalnya, perencanaan terpusat digunakan dalam proyek-proyek hijau, seperti transisi energi di Uni Eropa, yang mengadopsi elemen perencanaan untuk mencapai target emisi nol.

Penutup

Hukum ekonomi dan hukum perencanaan dalam komunisme mencerminkan upaya untuk menciptakan masyarakat yang adil dan tanpa kelas melalui kolektivisasi alat produksi dan pengaturan ekonomi terpusat. Berdasarkan teori Marx dan Engels, hukum ekonomi bertujuan menghapus eksploitasi kapitalis dengan mendistribusikan sumber daya berdasarkan kebutuhan, sementara hukum perencanaan mengarahkan produksi melalui rencana terpusat untuk memenuhi kepentingan sosial. Meskipun berhasil dalam industrialisasi cepat di Uni Soviet dan Tiongkok, implementasi komunisme sering kali menghadapi inefisiensi, represi, dan tantangan praktis. Di era modern, prinsip-prinsip ini tetap relevan dalam model hibrida seperti di Tiongkok, serta dalam diskusi tentang keadilan sosial dan keberlanjutan. Dengan memahami hukum ekonomi dan perencanaan komunisme, kita dapat mengapresiasi kompleksitas upaya untuk menyeimbangkan kesetaraan dan efisiensi dalam sistem ekonomi global.


BACA JUGA: Kehidupan Seperti Catur: Ketidak pastian Langkah demi Langkah Walaupun Meski Manusia Penuh Dengan Skenario

BACA JUGA: Masalah Sosial di Indonesia pada Tahun 1900-an: Dampak Kolonialisme dan Kebangkitan Kesadaran Sosial

BACA JUGA: Perkembangan Teknologi Militer Portugal: Dari Era Penjelajahan hingga Abad Modern