Paham Komunis: Kelas Sosial Dihapuskan – Analisis Mendalam
romanticheadlines.com,18 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Komunisme, sebagai ideologi politik dan ekonomi, telah menjadi salah satu paham yang paling berpengaruh sekaligus kontroversial dalam sejarah dunia. Dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels pada abad ke-19, komunisme bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas sosial, di mana kepemilikan pribadi atas alat produksi dihapuskan, dan sumber daya didistribusikan berdasarkan kebutuhan. Salah satu prinsip inti komunisme adalah penghapusan kelas sosial, yang dianggap sebagai akar dari ketimpangan, eksploitasi, dan konflik dalam masyarakat kapitalis. Artikel ini akan mengulas secara mendetail, akurat, dan terpercaya tentang paham komunisme dengan fokus pada konsep penghapusan kelas sosial, meliputi latar belakang historis, teori Marx, penerapan di berbagai negara, tantangan, kritik, serta relevansinya di era modern. Sumber informasi berasal dari teks asli seperti Manifesto Komunis, karya akademik, dan analisis sejarah terpercaya.
1. Latar Belakang Historis dan Filosofis Komunisme

1.1. Konteks Abad ke-19
Komunisme muncul sebagai respons terhadap ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi selama Revolusi Industri di Eropa (abad ke-18 hingga ke-19). Industrialisasi mempercepat perkembangan kapitalisme, tetapi juga menciptakan kesenjangan besar antara kelas borjuis (pemilik modal) dan proletar (pekerja). Menurut The Cambridge History of Communism (2017), kondisi kerja yang buruk, upah rendah, dan urbanisasi yang tidak terkendali memicu ketidakpuasan di kalangan pekerja, menjadi lahan subur bagi ide-ide revolusioner.
Karl Marx (1818–1883) dan Friedrich Engels (1820–1895) menulis Manifesto Komunis (1848) untuk merangkum gagasan mereka tentang perjuangan kelas dan visi masyarakat tanpa kelas. Karya ini dipengaruhi oleh pemikir seperti:
- Georg Wilhelm Friedrich Hegel: Dialektika Hegel, yang menekankan konflik sebagai penggerak sejarah, diadaptasi oleh Marx menjadi materialisme dialektis.
- Ludwig Feuerbach: Materialisme Feuerbach, yang menolak idealisme religius, memengaruhi pandangan Marx tentang hubungan ekonomi dan sosial.
- Sosialis Utopis: Pemikir seperti Robert Owen dan Charles Fourier menginspirasi visi masyarakat egaliter, meskipun Marx mengkritik mereka karena kurangnya analisis ilmiah.
1.2. Materialisme Historis
Dasar filosofis komunisme adalah materialisme historis, yang menyatakan bahwa perkembangan sejarah ditentukan oleh kondisi material, terutama hubungan produksi. Menurut Marx dalam Das Kapital (1867), struktur ekonomi masyarakat menentukan superstruktur sosial, politik, dan budaya. Kelas sosial muncul dari pembagian kerja dan kepemilikan alat produksi, yang menyebabkan eksploitasi kelas pekerja oleh kelas penguasa.
1.3. Prinsip Penghapusan Kelas Sosial
Marx berargumen bahwa kelas sosial adalah sumber utama konflik dalam sejarah, dari masyarakat feodal hingga kapitalis. Dalam Manifesto Komunis, ia menulis, “Sejarah semua masyarakat yang ada hingga kini adalah sejarah perjuangan kelas.” Komunisme bertujuan untuk menghapuskan kelas sosial melalui:
- Kolektivisasi Alat Produksi: Menghapus kepemilikan pribadi atas tanah, pabrik, dan sumber daya, menggantinya dengan kepemilikan kolektif.
- Distribusi Berdasarkan Kebutuhan: Sumber daya dialokasikan dengan prinsip “dari masing-masing sesuai kemampuan, kepada masing-masing sesuai kebutuhan.”
- Negara sebagai Alat Transisi: Negara sosialis akan mengelola transisi menuju masyarakat komunis tanpa kelas, di mana negara akhirnya “memudar” (wither away).
2. Teori Marx tentang Penghapusan Kelas Sosial

2.1. Struktur Kelas dalam Kapitalisme
Marx mengidentifikasi dua kelas utama dalam masyarakat kapitalis:
- Borjuis: Pemilik alat produksi (pabrik, mesin, tanah) yang memperoleh keuntungan dengan mengeksploitasi tenaga kerja proletar.
- Proletar: Pekerja yang tidak memiliki alat produksi dan menjual tenaga kerja mereka untuk bertahan hidup.
Menurut Marx, borjuis mengakumulasi kekayaan melalui “nilai lebih” (surplus value), yaitu selisih antara nilai yang dihasilkan pekerja dan upah yang mereka terima. Ketimpangan ini menciptakan alienasi pekerja dari hasil kerja, sesama pekerja, dan kemanusiaan mereka sendiri.
2.2. Perjuangan Kelas dan Revolusi
Marx percaya bahwa kontradiksi internal kapitalisme—seperti krisis ekonomi dan kemiskinan pekerja—akan memicu kesadaran kelas (class consciousness) di kalangan proletar. Dalam Manifesto Komunis, ia menyerukan revolusi proletar untuk menggulingkan borjuis dan mendirikan “diktatur proletar,” sebuah fase sementara di mana pekerja mengendalikan negara untuk menghapus struktur kapitalis.
2.3. Masyarakat Tanpa Kelas
Setelah diktatur proletar berhasil menghapus kepemilikan pribadi dan ketimpangan, masyarakat akan memasuki tahap komunisme sejati, yang ditandai dengan:
- Tidak adanya kelas sosial, karena alat produksi dimiliki secara kolektif.
- Penghapusan negara, karena tidak lagi diperlukan sebagai alat penindasan kelas.
- Distribusi sumber daya berdasarkan kebutuhan, bukan kompetisi atau pasar.
Dalam Critique of the Gotha Program (1875), Marx membedakan antara sosialisme (tahap transisi) dan komunisme (tahap akhir). Pada tahap sosialisme, distribusi masih berdasarkan kontribusi kerja (“kepada masing-masing sesuai kerja”), sementara pada komunisme, kebutuhan menjadi dasar distribusi.
3. Penerapan Komunisme dan Penghapusan Kelas Sosial

3.1. Uni Soviet (1917–1991)
Revolusi Bolshevik 1917 di Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Lenin, adalah penerapan pertama komunisme skala besar. Lenin mengadaptasi teori Marx melalui konsep “vanguardisme,” di mana Partai Komunis bertindak sebagai pelopor revolusi. Upaya penghapusan kelas sosial meliputi:
- Nasionalisasi: Pabrik, tanah, dan bank diambil alih oleh negara untuk kepemilikan kolektif.
- Kolektivisasi Pertanian: Petani dipaksa bergabung dalam pertanian kolektif (kolkhoz), menghapus kepemilikan tanah pribadi.
- Perencanaan Sentral: Ekonomi direncanakan oleh negara untuk mendistribusikan sumber daya secara merata.
Namun, penerapan ini menghadapi tantangan:
- Birokrasi Baru: Alih-alih menghapus kelas, Partai Komunis menciptakan elit birokratis yang mengendalikan sumber daya.
- Represi Politik: Menurut The Black Book of Communism (1997), jutaan orang tewas akibat kelaparan (Holodomor 1932–1933) dan pembersihan politik di bawah Stalin.
- Kegagalan Ekonomi: Perencanaan sentral menyebabkan inefisiensi dan kekurangan barang, yang berkontribusi pada runtuhnya Uni Soviet pada 1991.
3.2. Tiongkok (1949–Sekarang)
Revolusi Komunis Tiongkok di bawah Mao Zedong pada 1949 juga bertujuan menghapus kelas sosial. Kebijakan utama meliputi:
- Reformasi Agraria: Tanah dibagikan kepada petani, menghapus kelas tuan tanah.
- Kampanye Lompatan Jauh ke Depan (1958–1962): Mendorong kolektivisasi dan industrialisasi, tetapi menyebabkan kelaparan besar yang menewaskan 15–45 juta orang (Mao’s Great Famine oleh Frank Dikötter, 2010).
- Revolusi Kebudayaan (1966–1976): Mao berupaya menghapus sisa-sisa budaya borjuis, tetapi menyebabkan kekacauan sosial dan penindasan intelektual.
Setelah kematian Mao, Deng Xiaoping memperkenalkan reformasi pasar pada 1978, mengintegrasikan kapitalisme ke dalam sistem sosialis. Meskipun Partai Komunis Tiongkok tetap berkuasa, ketimpangan sosial meningkat, menunjukkan bahwa penghapusan kelas sosial tidak sepenuhnya tercapai.
3.3. Kuba (1959–Sekarang)
Revolusi Kuba di bawah Fidel Castro menerapkan komunisme dengan fokus pada kesejahteraan sosial. Kebijakan seperti nasionalisasi industri dan layanan kesehatan gratis mengurangi ketimpangan kelas, tetapi embargo AS dan inefisiensi ekonomi menyebabkan tantangan berkelanjutan. Menurut Cuba: A New History (2004) oleh Hugh Thomas, Kuba berhasil meningkatkan pendidikan dan kesehatan, tetapi kebebasan individu terbatas, dan kelas birokratis tetap ada.
3.4. Contoh Lain
- Vietnam: Setelah reunifikasi pada 1976, Vietnam menerapkan komunisme, tetapi beralih ke ekonomi pasar melalui reformasi Đổi Mới pada 1986.
- Korea Utara: Rezim Kim Il-sung menerapkan Juche, varian komunisme, tetapi menciptakan hierarki baru berdasarkan loyalitas politik.
4. Tantangan dalam Penghapusan Kelas Sosial

4.1. Munculnya Elit Baru
Dalam praktiknya, negara-negara komunis sering gagal menghapus kelas sosial sepenuhnya. Menurut Milovan Djilas dalam The New Class (1957), Partai Komunis menciptakan kelas penguasa baru berupa birokrat dan elit partai yang mengendalikan sumber daya, menggantikan borjuis kapitalis.
4.2. Represi dan Otoritarianisme
Untuk mempertahankan kekuasaan selama transisi sosialis, rezim komunis sering menggunakan represi politik. The Gulag Archipelago oleh Aleksandr Solzhenitsyn mendokumentasikan kamp kerja paksa di Uni Soviet, yang menunjukkan bahwa penghapusan kelas sering kali mengorbankan kebebasan individu.
4.3. Ketimpangan Ekonomi
Perencanaan sentral sering menyebabkan inefisiensi, kekurangan barang, dan korupsi, yang mempertahankan atau bahkan memperburuk ketimpangan. Di Tiongkok modern, menurut The Economist (2023), indeks Gini (ukuran ketimpangan) mencapai 0,47, mendekati level negara kapitalis.
4.4. Resistensi Budaya dan Sosial
Budaya individualisme, agama, dan tradisi lokal sering bertentangan dengan visi kolektivis komunisme. Di Uni Soviet, misalnya, gereja Ortodoks menghadapi penindasan, tetapi tetap bertahan sebagai simbol identitas budaya.
5. Kritik terhadap Komunisme dan Penghapusan Kelas

5.1. Kritik Ekonomi
Ekonom seperti Friedrich Hayek (The Road to Serfdom, 1944) berargumen bahwa perencanaan sentral menghambat inovasi dan efisiensi pasar. Penghapusan kepemilikan pribadi dianggap mengurangi insentif untuk produktivitas, seperti yang terlihat pada krisis ekonomi di Uni Soviet.
5.2. Kritik Politik
Komunisme sering dikaitkan dengan otoritarianisme. Menurut Hannah Arendt dalam The Origins of Totalitarianism (1951), diktatur proletar cenderung menjadi alat penindasan, bukan transisi menuju masyarakat tanpa kelas.
5.3. Kritik Filosofis
Filsuf seperti Karl Popper (The Open Society and Its Enemies, 1945) mengkritik komunisme karena mengabaikan keragaman individu dan menganggap sejarah memiliki tujuan deterministik. Penghapusan kelas dianggap utopis dan tidak realistis, karena hierarki sosial sering muncul dalam bentuk baru.
5.4. Kritik Sosial
Penghapusan kelas sosial sering kali mengorbankan kebebasan individu, seperti hak atas properti atau kebebasan berekspresi. Di Kuba dan Korea Utara, sensor ketat dan pembatasan mobilitas menunjukkan bahwa komunisme dalam praktik tidak selalu egaliter.
6. Relevansi Komunisme di Era Modern
6.1. Kebangkitan Sosialisme Demokratik
Meskipun komunisme ortodoks menurun sejak runtuhnya Uni Soviet, gagasan penghapusan ketimpangan kelas tetap relevan dalam gerakan sosialisme demokratik. Tokoh seperti Bernie Sanders di AS mengadvokasi redistribusi kekayaan tanpa menghapus kepemilikan pribadi, mengadaptasi ide Marx untuk konteks modern.
6.2. Kritik terhadap Kapitalisme Global
Ketimpangan ekonomi global, dengan 1% populasi dunia memiliki lebih dari 50% kekayaan (Oxfam, 2023), menghidupkan kembali minat pada gagasan egaliter komunisme. Namun, banyak yang lebih memilih reformasi kapitalisme daripada revolusi komunis.
6.3. Komunisme di Negara Berkembang
Di negara-negara seperti Nepal dan India, partai komunis masih aktif, fokus pada isu petani dan pekerja. Namun, mereka sering beroperasi dalam kerangka demokrasi, menjauh dari visi revolusioner Marx.
6.4. Tantangan Teknologi dan Globalisasi
Perkembangan teknologi, seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan, menciptakan tantangan baru bagi komunisme. Menurut The Guardian (2024), otomatisasi dapat memperburuk ketimpangan jika tidak diimbangi dengan redistribusi, tetapi solusi komunis seperti kolektivisasi dianggap ketinggalan zaman dalam ekonomi digital.
7. Sumber dan Bacaan Lebih Lanjut
- Teks Klasik:
- Marx, Karl & Engels, Friedrich. Manifesto Komunis (1848).
- Marx, Karl. Das Kapital (1867).
- Marx, Karl. Critique of the Gotha Program (1875).
- Buku Akademik:
- Dikötter, Frank. Mao’s Great Famine (2010).
- Djilas, Milovan. The New Class (1957).
- Thomas, Hugh. Cuba: A New History (2004).
- Jurnal dan Artikel:
- The Cambridge History of Communism (2017). Cambridge University Press.
- The Economist (2023). “China’s Rising Inequality.”
- Oxfam (2023). “Survival of the Richest.”
- Sumber Online:
- Marxists Internet Archive (marxists.org): Koleksi karya Marx dan Engels.
- The Guardian (2024): Artikel tentang otomatisasi dan ketimpangan.
- Stanford Encyclopedia of Philosophy: Entri tentang Karl Marx.
Kesimpulan
Paham komunisme, dengan visinya untuk menghapus kelas sosial, menawarkan kritik mendalam terhadap ketimpangan kapitalisme dan visi utopis tentang masyarakat egaliter. Dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, komunisme berpijak pada materialisme historis dan perjuangan kelas, dengan tujuan akhir menciptakan dunia tanpa eksploitasi melalui kolektivisasi alat produksi dan distribusi berdasarkan kebutuhan. Penerapannya di Uni Soviet, Tiongkok, Kuba, dan negara lain menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi beberapa bentuk ketimpangan, tetapi juga menghadapi kegagalan besar akibat birokrasi, represi, dan inefisiensi ekonomi.
Meskipun visi masyarakat tanpa kelas tetap menarik bagi sebagian orang, tantangan seperti munculnya elit baru, otoritarianisme, dan dinamika ekonomi modern menunjukkan bahwa penghapusan kelas sosial sepenuhnya sulit dicapai. Di era globalisasi dan teknologi, ide-ide komunisme terus berevolusi, memengaruhi gerakan sosialisme demokratik dan kritik terhadap kapitalisme. Seperti yang ditulis Marx dalam Manifesto Komunis, “Proletar tidak memiliki apa Dewa Slot777 apa pun untuk dipertaruhkan, kecuali rantai-rantai yang mengikat mereka.” Meskipun rantai kelas mungkin tidak sepenuhnya terputus, gagasan komunisme tetap menjadi pengingat akan perlunya mengatasi ketimpangan demi masyarakat yang lebih adil.
BACA JUGA: Panel Distribusi, Breaker, dan MCB: Fungsi, Komponen, dan Aplikasi dalam Sistem Kelistrikan
BACA JUGA: Hukum Acara (Formil): Pengertian, Prinsip, dan Penerapan di Indonesia
BACA JUGA: Badut-badut Politik: Fenomena, Dampak, dan Respons Masyarakat di Indonesia