romanticheadlines.com, 4 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Paham komunisme, sebagai ideologi politik dan ekonomi yang dicetuskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat di negara-negara yang mengadopsinya, termasuk sistem pertahanan nasional. Sistem pertahanan dalam negara-negara komunis dirancang untuk melindungi ideologi, menjaga stabilitas politik, dan menghadapi ancaman eksternal, terutama dari negara-negara kapitalis selama era Perang Dingin (1947–1991). Pengendali sistem pertahanan dalam konteks ini merujuk pada struktur organisasi, kebijakan, dan mekanisme yang digunakan oleh negara-negara komunis untuk mengelola militer, keamanan internal, dan strategi pertahanan. Artikel ini menyajikan analisis profesional, lengkap, rinci, dan jelas tentang bagaimana sistem pertahanan dalam paham komunis diatur, karakteristiknya, contoh implementasi di negara-negara komunis, serta relevansinya hingga Mei 2025, dengan mempertimbangkan konteks historis dan kontemporer.
1. Pengenalan: Komunisme dan Sistem Pertahanan

Komunisme, sebagaimana didefinisikan oleh Marx dan Engels dalam Manifesto Komunis (1848), bertujuan menciptakan masyarakat tanpa kelas melalui kepemilikan kolektif atas alat produksi dan penghapusan kepemilikan pribadi. Dalam praktiknya, negara-negara komunis seperti Uni Soviet, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan Korea Utara mengembangkan sistem pertahanan yang sangat terpusat untuk melindungi ideologi mereka dari ancaman internal (kontrarevolusi) dan eksternal (imperialisme kapitalis). Pengendali sistem pertahanan dalam paham komunis biasanya berada di bawah kendali partai komunis tunggal, yang memastikan kesetiaan militer dan aparat keamanan terhadap ideologi negara.
Sistem pertahanan komunis memiliki karakteristik unik, seperti:
- Sentralisasi Kekuasaan: Partai komunis mengendalikan semua aspek pertahanan, termasuk militer, polisi, dan intelijen.
- Ideologi sebagai Prioritas: Pertahanan tidak hanya melindungi wilayah, tetapi juga ideologi komunis dari infiltrasi liberalisme atau kapitalisme.
- Mobilisasi Massa: Rakyat dilibatkan dalam pertahanan melalui milisi atau propaganda untuk memperkuat kesetiaan kepada negara.
- Totalitarianisme: Sistem pertahanan sering digunakan untuk menekan perbedaan pendapat dan menjaga stabilitas rezim.
Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana sistem pertahanan ini dijalankan, dengan fokus pada struktur pengendalian, strategi, dan dampaknya, serta mengambil contoh dari negara-negara komunis historis dan yang masih ada.
2. Struktur Pengendali Sistem Pertahanan Komunis

Sistem pertahanan dalam negara-negara komunis diatur melalui struktur hierarkis yang sangat terpusat, dengan partai komunis sebagai pengendali utama. Berikut adalah elemen-elemen kunci dari struktur ini:
a. Partai Komunis sebagai Pengendali Utama
- Kepemimpinan Partai: Dalam sistem komunis, partai tunggal (misalnya, Partai Komunis Uni Soviet atau Partai Komunis Tiongkok) memiliki otoritas tertinggi atas semua institusi negara, termasuk militer dan keamanan. Komite Sentral atau Politbiro partai membuat keputusan strategis tentang pertahanan.
- Komisaris Politik: Militer diawasi oleh komisaris politik, anggota partai yang memastikan kesetiaan perwira dan prajurit terhadap ideologi komunis. Mereka memiliki wewenang untuk mengesampingkan keputusan militer jika dianggap bertentangan dengan tujuan partai.
- Contoh: Di Uni Soviet, Tentara Merah diawasi oleh komisaris politik yang melapor langsung ke Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet (CPSU). Di Tiongkok, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) berada di bawah Komisi Militer Sentral, yang diketuai oleh pemimpin partai seperti Xi Jinping saat ini.
b. Militer sebagai Alat Ideologi
- Doktrin Militer: Militer dalam negara komunis tidak hanya bertugas melindungi wilayah, tetapi juga menyebarkan ideologi komunis, baik melalui perang (misalnya, Revolusi Bolshevik) maupun intervensi di negara lain (misalnya, invasi Soviet ke Afghanistan pada 1979).
- Wajib Militer: Banyak negara komunis menerapkan wajib militer untuk memobilisasi rakyat, sekaligus menanamkan ideologi melalui pelatihan. Contohnya, Korea Utara masih menerapkan wajib militer hingga 7–10 tahun bagi pria.
- Milisi Rakyat: Selain angkatan bersenjata reguler, negara-negara komunis sering membentuk milisi rakyat untuk mendukung pertahanan dan menekan pemberontakan internal. Misalnya, Milisi Pekerja dan Petani Tiongkok selama Revolusi Kebudayaan (1966–1976).
c. Aparat Keamanan dan Intelijen
- Polisi Rahasia: Negara-negara komunis mengandalkan polisi rahasia untuk memantau ancaman internal. Contohnya, KGB (Uni Soviet) dan Stasi (Jerman Timur) bertugas menekan disiden dan mencegah kontrarevolusi.
- Propaganda: Propaganda digunakan untuk memperkuat kesetiaan rakyat terhadap partai dan mendukung upaya pertahanan. Media negara menggambarkan musuh eksternal (misalnya, AS dan NATO) sebagai ancaman eksistensial.
- Contoh: Di Korea Utara, Kementerian Keamanan Negara mengawasi warga untuk mencegah penyimpangan ideologis, sementara propaganda menekankan ancaman dari “imperialis Barat.”
d. Aliansi Militer Internasional
- Pakta Warsawa: Dibentuk pada 1955 sebagai respons terhadap NATO, Pakta Warsawa adalah aliansi militer negara-negara komunis Eropa Timur di bawah kepemimpinan Uni Soviet. Pakta ini mengoordinasikan strategi pertahanan melawan Blok Barat.
- COMECON: Meskipun fokus pada ekonomi, Dewan Bantuan Ekonomi Bersama (COMECON, 1949–1991) mendukung logistik militer dengan menyediakan sumber daya untuk negara-negara anggota.
- Contoh: Pakta Warsawa memainkan peran kunci selama Krisis Rudal Kuba (1962), ketika Uni Soviet mengerahkan rudal nuklir di Kuba untuk menantang AS.
3. Karakteristik Sistem Pertahanan Komunis

Sistem pertahanan dalam paham komunis memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari sistem pertahanan di negara-negara liberal atau kapitalis:
a. Sentralisasi dan Totalitarianisme
- Semua aspek pertahanan dikendalikan oleh partai komunis, tanpa ruang untuk otonomi militer atau sipil. Ini memastikan bahwa militer tidak dapat melakukan kudeta terhadap partai, seperti yang sering terjadi di negara-negara non-komunis.
- Contoh: Di Uni Soviet, Joseph Stalin melakukan pembersihan besar-besaran (Great Purge, 1936–1938) terhadap perwira militer yang dicurigai tidak setia, memastikan kendali penuh partai.
b. Ideologi sebagai Inti Strategi
- Pertahanan tidak hanya tentang keamanan fisik, tetapi juga perlindungan ideologi. Ancaman internal (disiden, reformis) sering dianggap sama berbahayanya dengan ancaman eksternal.
- Contoh: Selama Revolusi Kebudayaan di Tiongkok, Tentara Pembebasan Rakyat digunakan untuk menekan kelompok yang dianggap “kontrarevolusioner.”
c. Mobilisasi Massa
- Rakyat dilibatkan dalam pertahanan melalui pelatihan militer, milisi, atau kampanye propaganda. Ini menciptakan rasa kolektivisme dan kesiapan perang.
- Contoh: Di Korea Utara, seluruh penduduk diwajibkan mengikuti latihan militer tahunan, dan slogan seperti “Songun” (militer pertama) menekankan prioritas pertahanan.
d. Fokus pada Senjata Nuklir
- Selama Perang Dingin, negara-negara komunis seperti Uni Soviet dan Tiongkok mengembangkan senjata nuklir untuk menandingi Blok Barat. Ini mencerminkan strategi “deterrence” (pencegahan) terhadap NATO.
- Contoh: Uni Soviet memiliki arsenal nuklir terbesar di dunia pada 1980-an, dengan lebih dari 40.000 hulu ledak.
e. Propaganda dan Perang Psikologis
- Propaganda digunakan untuk membangun citra musuh eksternal dan memperkuat kesetiaan rakyat. Media negara sering menggambarkan kapitalisme sebagai ancaman terhadap kesejahteraan rakyat.
- Contoh: Film dan poster Soviet selama Perang Dingin menggambarkan AS sebagai “imperialis yang haus darah.”
4. Contoh Implementasi Sistem Pertahanan Komunis

Berikut adalah analisis mendalam tentang bagaimana sistem pertahanan dijalankan di beberapa negara komunis:
a. Uni Soviet (1922–1991)
- Struktur: Tentara Merah adalah tulang punggung pertahanan, dikendalikan oleh Komite Sentral CPSU melalui Kementerian Pertahanan. KGB bertanggung jawab atas keamanan internal dan intelijen asing.
- Strategi: Uni Soviet mengadopsi doktrin “pertahanan aktif,” yang mencakup pengembangan senjata nuklir, intervensi militer di negara satelit (misalnya, Hongaria 1956, Cekoslowakia 1968), dan dukungan untuk gerakan komunis global.
- Pakta Warsawa: Aliansi ini memastikan koordinasi militer dengan negara-negara Blok Timur, seperti Jerman Timur, Polandia, dan Rumania.
- Dampak: Sistem pertahanan Uni Soviet sangat efektif dalam menjaga kekuasaan CPSU, tetapi biaya militernya yang besar (15–20% PDB) berkontribusi pada keruntuhan ekonomi pada 1991.
b. Republik Rakyat Tiongkok (1949–Sekarang)
- Struktur: Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) adalah militer terbesar di dunia, dikendalikan oleh Komisi Militer Sentral Partai Komunis Tiongkok (CPC). Kementerian Keamanan Negara menangani intelijen dan keamanan internal.
- Strategi: Tiongkok awalnya fokus pada perang gerilya selama Revolusi Komunis (1945–1949), kemudian beralih ke modernisasi militer setelah 1978. Saat ini, Tiongkok mengembangkan senjata canggih seperti kapal induk dan rudal hipersonik.
- Propaganda: Media negara seperti People’s Daily mempromosikan narasi bahwa PLA melindungi Tiongkok dari “hegemoni Barat.”
- Dampak: Meskipun tetap komunis, Tiongkok telah mengintegrasikan elemen kapitalisme, tetapi sistem pertahanannya tetap di bawah kendali ketat CPC, dengan anggaran militer 2023 mencapai $292 miliar.
c. Korea Utara (1948–Sekarang)
- Struktur: Tentara Rakyat Korea (KPA) adalah inti pertahanan, didukung oleh Kementerian Keamanan Negara dan milisi rakyat. Partai Buruh Korea mengendalikan semua aspek militer.
- Strategi: Korea Utara mengadopsi kebijakan Songun (militer pertama), mengalokasikan hingga 25% PDB untuk pertahanan. Fokus utama adalah pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik untuk mencegah invasi AS.
- Propaganda: Rezim Kim menggunakan propaganda untuk menggambarkan AS dan Korea Selatan sebagai ancaman, dengan slogan seperti “Kemandirian melalui Kekuatan Militer.”
- Dampak: Sistem pertahanan Korea Utara sangat efektif dalam menjaga stabilitas rezim, tetapi menyebabkan isolasi internasional dan kemiskinan kronis.
d. Kuba (1959–Sekarang)
- Struktur: Angkatan Bersenjata Revolusioner Kuba (FAR) dikendalikan oleh Partai Komunis Kuba, dengan Komite Pertahanan Rakyat untuk keamanan internal.
- Strategi: Kuba fokus pada pertahanan melawan AS, terutama setelah Krisis Teluk Babi (1961). Dukungan Soviet selama Perang Dingin memungkinkan Kuba membangun militer yang kuat.
- Dampak: Meskipun terbatas secara ekonomi, sistem pertahanan Kuba berhasil menjaga kekuasaan komunis selama enam dekade, meskipun dengan biaya isolasi dan ketergantungan pada sekutu seperti Venezuela.
5. Tantangan Sistem Pertahanan Komunis
Meskipun efektif dalam menjaga kekuasaan partai, sistem pertahanan komunis menghadapi sejumlah tantangan:
a. Biaya Ekonomi
- Masalah: Anggaran militer yang besar sering kali menguras sumber daya ekonomi, menyebabkan kekurangan pangan dan infrastruktur. Contohnya, Uni Soviet menghabiskan hingga 20% PDB untuk militer, berkontribusi pada keruntuhan ekonomi.
- Dampak: Negara-negara seperti Korea Utara menghadapi kemiskinan kronis akibat prioritas militer.
b. Represi dan Ketidakpuasan Rakyat
- Masalah: Penggunaan militer dan polisi rahasia untuk menekan disiden sering memicu ketidakpuasan rakyat, seperti Revolusi Hongaria 1956 atau protes Tiananmen 1989 di Tiongkok.
- Dampak: Represi dapat menjaga stabilitas jangka pendek, tetapi merusak legitimasi rezim dalam jangka panjang.
c. Isolasi Internasional
- Masalah: Fokus pada pertahanan ideologi sering menyebabkan isolasi dari komunitas internasional, seperti sanksi terhadap Korea Utara atau Kuba.
- Dampak: Isolasi membatasi akses ke teknologi dan perdagangan, menghambat modernisasi militer.
d. Ketergantungan pada Sekutu
- Masalah: Banyak negara komunis bergantung pada Uni Soviet untuk dukungan militer dan ekonomi selama Perang Dingin. Setelah bubarnya Uni Soviet pada 1991, negara-negara seperti Kuba menghadapi krisis.
- Dampak: Ketergantungan ini melemahkan kemandirian, bertentangan dengan prinsip komunisme seperti Juche di Korea Utara.
6. Relevansi Sistem Pertahanan Komunis di Era Modern
Meskipun banyak negara komunis runtuh setelah Perang Dingin, beberapa negara seperti Tiongkok, Korea Utara, Kuba, Vietnam, dan Laos masih mempertahankan elemen sistem pertahanan komunis, meskipun dengan adaptasi:
a. Tiongkok
- Tiongkok telah mengintegrasikan kapitalisme pasar ke dalam ekonominya, tetapi sistem pertahanan tetap di bawah kendali ketat Partai Komunis. PLA kini menjadi salah satu militer terkuat di dunia, dengan fokus pada teknologi canggih seperti AI dan kapal induk.
- Strategi pertahanan Tiongkok mencakup perlindungan kepentingan di Laut Tiongkok Selatan dan pencegahan intervensi AS di Taiwan.
b. Korea Utara
- Korea Utara tetap setia pada model pertahanan totaliter, dengan fokus pada senjata nuklir dan propaganda. Rezim Kim menggunakan pertahanan untuk menjaga kekuasaan di tengah sanksi internasional.
- Tantangan utama adalah ketidakmampuan ekonomi untuk mendukung ambisi militer.
c. Kuba, Vietnam, dan Laos
- Kuba dan Vietnam telah melonggarkan kontrol ekonomi, tetapi militer tetap di bawah kendali partai komunis. Vietnam, misalnya, telah memodernisasi angkatan bersenjatanya untuk menghadapi ketegangan di Laut Tiongkok Selatan.
- Laos memiliki sistem pertahanan yang lebih kecil, fokus pada keamanan internal dan hubungan dengan Tiongkok.
d. Pelajaran untuk Dunia
- Sistem pertahanan komunis menunjukkan efektivitas sentralisasi dalam menjaga stabilitas rezim, tetapi juga menyoroti risiko represi dan inefisiensi ekonomi.
- Di Indonesia, pengalaman sejarah dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan peristiwa G30S/PKI 1965 menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara keamanan dan kebebasan individu, sebagaimana diwujudkan dalam Pancasila.
7. Perbandingan dengan Sistem Pertahanan Non-Komunis
Untuk memahami keunikan sistem pertahanan komunis, berikut adalah perbandingan dengan sistem pertahanan di negara-negara kapitalis atau demokrasi liberal:
- Kontrol: Dalam sistem komunis, partai tunggal mengendalikan militer, sedangkan di demokrasi liberal, militer tunduk pada pemerintah sipil yang dipilih secara demokratis (misalnya, Pentagon di bawah Presiden AS).
- Tujuan: Sistem komunis memprioritaskan perlindungan ideologi, sementara sistem kapitalis fokus pada keamanan nasional dan kepentingan ekonomi.
- Mobilisasi Rakyat: Negara komunis melibatkan rakyat secara massal melalui wajib militer dan propaganda, sedangkan negara demokrasi lebih mengandalkan militer profesional dan sukarelawan.
- Transparansi: Sistem komunis cenderung tertutup, dengan sedikit akuntabilitas publik, sedangkan sistem demokrasi memiliki pengawasan parlemen dan media.
8. Kesimpulan
Pengendali sistem pertahanan dalam paham komunis adalah struktur yang sangat terpusat, di mana partai komunis tunggal mengendalikan militer, keamanan internal, dan intelijen untuk melindungi ideologi dan stabilitas rezim. Karakteristik utamanya meliputi sentralisasi kekuasaan, penggunaan propaganda, mobilisasi massa, dan fokus pada ancaman internal maupun eksternal. Contoh dari Uni Soviet, Tiongkok, dan Korea Utara menunjukkan efektivitas sistem ini dalam menjaga kekuasaan, tetapi juga menyoroti tantangan seperti biaya ekonomi, represi rakyat, dan isolasi internasional.
Di era modern, negara-negara seperti Tiongkok dan Korea Utara terus mempertahankan elemen sistem pertahanan komunis, meskipun dengan adaptasi terhadap realitas global. Pelajaran dari sistem ini relevan bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, dalam memahami pentingnya keseimbangan antara keamanan, kebebasan, dan kesejahteraan rakyat. Seperti dikatakan oleh sejarawan Robert Service, “Sistem pertahanan komunis adalah pedang bermata dua: melindungi rezim, tetapi sering kali dengan mengorbankan rakyatnya.” Dengan mempelajari sejarah dan dinamika sistem ini, dunia dapat merancang strategi pertahanan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
BACA JUGA: Struktur Pemerintahan dan Menjaga Negara Federasi: Analisis Mendalam dan Profesional
BACA JUGA: Pencetus Teknologi dan Karya Revolusioner Alan Turing (1912–1954)
BACA JUGA: Perbedaan Perkembangan Sosial Media Tahun 2015-2020: Analisis Lengkap Secara Mendalam